Kamis, 16 April 2015


Tugu Peringatan Perang Gunung Momi yang seharusnya Sudah bisa diselesaikan pengerjaannya oleh Pemkab SIGI dan bisa menjadi kebanggaan Masyarakat Kulawi, kini terlantar dan setiap hari makin tertutupi semak belukar dan pepohonan... Kecamatan Kulawi memiliki Keterwakilan orang Nomor 2 di Pemkab SIgi, beberapa Keterwakilan Anggota DPRD Sigi dengan memakai suara dari Kulawi, bahkan Kulawi memiliki beberapa Pejabat dengan posisi penting di Pemkab SIGI.. Kemanakah mereka...? atau lagi pada sibuk mencari Batu Akik..

Sabtu, 30 November 2013


Heemm... lagi heboh-hebohnya demo dokter, nih ada berita ringan....

Dokter Lo, Dokter Tanpa Tarif dari Solo

Dia juga akan memberikan obat secara gratis bila pasiennya tak mampu.


Nama Lo Siauw Ging mungkin tidak begitu dikenal oleh masyarakat Solo, tapi bila nama panggilannya disebut, yakni dokter Loe, dipastikan sebagian besar warga yang tinggal di Solo bagian timur akan mengenalnya. Dokter Lo dikenal sangat dermawan karena dia gratiskan biaya periksa kepada para pasiennya.

Setiap hari tempat kliniknya yang menjadi satu dengan tempat tinggalnya di Jalan Yap Tjwan Bing 27, Purwodiningratan, Jagalan, Solo, selalu dipenuhi pasien, khususnya saat jam buka praktik antara pukul 06.00 hingga 09.00 WIB dan pukul 16.00 hingga 20.00 WIB.

Di depan rumahnya tidak ada papan nama klinik. Setiap hari, kecuali hari libur, dia membuka praktik. Para pasien tidak hanya berasal dari Solom namun juga daerah lain seperti Sukoharjo, Klaten, Boyolali, Karanganyar, Sragen, Wonogiri hingga Pacitan, Jawa Timur.

Banyak dari mereka yang datang berasal dari kalangan menengah ke bawah. Saat sore sejak pukul 16.00 WIB, para pasien mulai antre untuk diperiksa dokter Lo. Mereka datang dengan berjalan kaki, naik becak dan yang naik kendaraan roda dua dan empat juga terlihat ikut mengantre.

“Dari jumlah sekitar 60 pasien setiap harinya, sekitar 70 pasien memang tidak membayar, sedangkan sisanya sekitar 30 persen adalah pasien yang membayar. Prinsip saya memang untuk menolong. Kalau yang punya mau bayar ya silahkan, kalau nggak ya ngak apa-apa karena saya tidak pasang tarif,” kata dia ketika ditemui di kediamannya, Jumat, 29 Nopember 2013.

Dari jumlah pasien yang digratiskan itu, dia menyebutkan bahwa setiap harinya ada sekitar 40 pasien yang gratis tidak membayar biaya pemeriksaan. Dia tak mau menghitung-hitung jumlah biaya periksa yang harus ditanggung karena banyak pasien yang digratiskan. Sebab dirinya memang tidak pernah memasang tarif.

“Semisal tarif periksa sekitar Rp10 ribu per pasien, jadi dari jumlah total pasien yang periksa setiap harinya, kira-kira ada 70 persen atau sekitar 40 pasien yang tidak membayar. Kalau dengan hitungan tarif sebesar itu maka setiap hari saya mendonasikan biaya periksa sekitar Rp400 ribu. Tetapi saya tidak mempersoalkan itu karena saya ikhlas,” kata pria yang lahir di Magelang, 16 Agustus 1934.

Selain membebaskan biaya periksa, dia juga akan memberikan obat secara gratis. Bila obat itu tidak tersedia di kliniknya, pasien akan diberi resep untuk membeli di apotik yang sudah ditunjuk oleh dokter Lo.

Bila pasiennya tidak mampu untuk membeli resep obat di apotik, dokter Lo akan memberikan cap khusus di lembar resepnya. Dengan cap itu maka pihak apotik tidak akan menarik biaya pembelian obat kepada pasien. Semua tagihan dibebankan kepada dokter Lo.

“Saya yang aktif menanyai pasien, ada uang tidak untuk membeli obat. Kalau tidak punya, biar nanti apotik menagih ke saya untuk biaya pembelian obat pasien tersebut,” ucapnya.

Selanjutnya, dia pun menyebutkan bila setiap bulannya uang yang haruh dikeluarkan untuk membayar tagihan obat itu sekitar Rp5 juta hingga Rp10 juta. Meski demikian, dokter Lo mengaku selain uang pribadinya, ternyata dia mendapatkan sumbangan dari para donatur. Hanya saja berapa kisaran jumlah sumbangan yang masuk, ia tidak mau menyebutkannya.

“Maksimal tagihan pembelian obat dari apotik dan rumah sakit per bulan bisa mencapai Rp10 juta. Tetapi ada juga donatur yang ikut membantu menyumbang, namun pastinya saya masih sering nombok untuk membayar tagihan itu,” kata suami dari Gan May Kwee.

Ketika didesak mengenai siapa para donatur itu, ia pun sedikit membocorkan bahwa diantaranya adalah bekas pasien yang pernah ditolongnya. Lantas ia pun menceritakan ketika masih usia anak-anak, pasien yang saat ini menjadi donatur itu beberapa kali dibawa ibunya untuk diperiksa.

Karena untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari sulit, ia pun membebaskan biaya periksa dan obatnya.

“Dulu kondisi ekonomi orang tuanya miskin total, tidak punya apa-apa. Tetapi kini, pasien itu telah menjadi orang di Amerika. Mantan pasien itu saat ini menjadi donatur,” kata dia yang merupakan anak nomor tiga dari lima bersaudara.

Sifat sosial dan dermawan yang ditunjukkan oleh dokter Lo tidak lepas dari pesan yang pernah disampaikan almarhum ayahnya sesaat memutuskan masuk Jurusan Kedokteran, Universitas Airlangga. Dalam pesannya itu, sang ayah berkata jika ingin menjadi dokter, jangan menjadi pedagang. Sedangkan jika ingin mencari duit, jadilah seorang pedagang.

“Wejangan itu diberikan kepada saya setelah saya memilih jurusan kedokteran. Dari pesan almarhum bapak itu jelas artinya, pokoknya jangan sampai cari duit dari dokter. Dokter itu bertugas untuk menolong,” papar dia yang lulus dari fakultas kedokteran Universitas Airlangga pada Februari 1962.

Selain dari sang ayah, sikap dokter Lo juga terinspirasi sifat sosialnyua dari almarhum dokter Oen yang merupakan dokter terkenal di Solo pada saat itu. dia ikut dr Oen di RS Panti Kosala yang kini berganti nama menjadi RS Dr Oen, dari tahun 1965 sampai dengan 1981.
Selama 15 tahun bersama dr Oen, ia pun mengetahui benar sifat dr Oen yang sangat sederhana dan berjiwa sosial. Tak hanya itu, sikap murah hati dokter Lo juga terinspirasi oleh pengalamannya saat divonis terkena penyakit kuning kronis. Saat itu dirinya terserang penyakit itu saat bertugas menjadi dokter di Gunung Kidul.

Setelah itu saya dilarikan ke Rumah Sakit Tentara (RST) di Magelang dan mondok hingga satu bulan lamanya. Selama opname di rumah sakitu itu, ia ditangani oleh dokter Supanji.

“Saya sakit kuning. Kondisinya saat itu saya sudah gawat sekali. Nah, setelah mengalami penyakit parah sekali dan tertolong, maka kita harus berbalas budi kepada Tuhan, caranya ya membantu seperti ini dengan ikhlas,” kata dokter Lo yang kini berjalannya harus dibantu dengan tongkat.

Berkat sifat kedermawanan dan sosial yang ditunjukkan oleh dokter Lo, para tetangganya pun mengakui bahwa dokter itu sangat baik di kalangan masyarakat. Seperti disebutkan oleh nyonya Herwin bahwa dokter Lo di mata tetangganya adalah seorang dokter yang hidup sederhana, ramah, serta murah hati.

Pengakuan serupa juga diungkapkan oleh tetangga lainnya yang bernama Turiman. Ia menceritakan saat terjadi kerusuhan 1998, para warga sekitar, khususnya yang laki-laki menjaga kediaman dokter Lo. Mereka menjaga rumah tersebut dari amukan massa, mengingat sejumlah rumah dan toko milik warga keturunan Tionghoa dibakar habis.

“Ya, saat kerusuhan terjadi, rumah dokter Lo aman-aman saja. Kita semua berjaga-jaga di depan dan atap rumah dokter Lo,” katanya. VIVanews -

Rabu, 27 November 2013

SUNGAI MIU DAN GUMBASA

Letak Geografis

Wilayah Sungai Miu dan Gumbasa secara administratif terletak pada Kabupaten Sigi Biromaru yang beribukota di Biromaru, merupakan bagian dari Provinsi Sulawesi Tengah. Sungai Miu dan Gumbasa termasuk dalam Wilayah Sungai Palu-Lariang, secara geografis terletak di 0º30” LU dan 2º20” LS, serta antara 119º45” -121º45” BT, daerah ini berbatasan dengan Kota Palu di Utara, Kabupaten Donggala dis Barat, Provinsi Sulawesi Selatan di Selatan dan Kabupaten Parigi Moutong di Timur. Luas wilayah daerah ini adalah 10.471,71 Km².

Sungai Miu dan Sungai Gumbasa merupakan anak sungai utama pembentuk aliran Sungai Palu. Kedua sungai ini berada di kawasan hulu DAS Palu yang mengalirkan debit sepanjang tahun.

Potensi DAS Miu dan DAS Gumbasa1.
Sarana dan Prasarana Sumber Daya Air

Sarana dan prasarana bangunan sumber daya air antara lain, bendungan (dam), bendung (weir), saluran irigasi, saluran drainase, bangunan pengendali banjir, tanggul banjir, saluran pengelak banjir dan sebagainya. Bangunan irigasi yang penting di WS Palu Lariang antara lain:a. Bendung Gumbasa. Saat ini mengairi lahan persawahan seluas 6.972 ha (luas fungsional). Kondisi bendung saat kunjungan lapangan (Juli 2007) masih dalam kondisi baik dan terawat. Tetapi kondisi saluran induk pada bulan Juni 2005 mengalami kerusakan karena adanya longsoran lahan yang masuk dan menimbun saluran induk sepanjang 5 km di Desa Sibalaya. Telah dilakukan pengerukan atas timbunan tersebut, tetapi pada bulan Agustus 2005 terjadi timbunan lagi akibat dari putusnya saluran syphon dibawah saluran induk. Upaya-upaya perbaikan telah dilaksanakan dan saat ini Irigasi Gumbasa telah befungsi dengan normal kembali.
b. Bendung-bendung lainnya dalam skala yang lebih kecil dan dilaporkan kondisinya dalam keadaan baik.
c.
Intake PDAM dilaporkan dalam kondisi rusak dan tidak beroperasi secara optimal. Dimasa depan direncanakan pengambilan air dari S.Gumbasa sebesar 500 l/detik.



2.  Air Minum

Kapasitas produksi potensial air minum di Kabupaten Sigi Biromaru/Kota Palu pada tahun 2004 mencapai 399 liter/detik dan kapasitas efektif yang dihasilkan oleh PDAM Sigi Biromaru/Palu adalah 254 liter/detik (63,6%) (BPS Prov. Sulteng, 2004). Sumber air untuk memenuhi kebutuhan air minum Kota Palu dan Kab.Sigi Biromaru diambil dari sungai dan mata air. Pengambilan sumber air dari sungai dimulai pada tahun 1971 tetapi upaya ini tidak berjalan sesuai dengan rencana

3. Potensi Sumber Tenaga

Pada beberapa lokasi dalam DAS Miu dan Gumbasa, khususnya yang berada di daerah hulu Sungai Miu dan Gumbasa, terdapat beberapa titik potensial untuk pengembangan pembangkitan listrik tenaga air (PLTA). Kondisi ini ditunjang dengan beda tinggi (head) yang cukup besar dengan debit air yang konstan sebagai energy potensial untuk menggerakkan turbin-turbin pembangkit listrik.
Lokasi yang strategis tersebut adalah outlet Danau Lindu atau Sungai Rawa pada elevasi +980 mdpl, dengan kapasitas debit berkisar 45 m³/detik, dan outlet Sungai Sopu (awal S. Gumbasa) dengan elevasi + 550 mdpl dengan debit berkisar 100 m³/detik. Selain itu, untuk opimasi penggunaan air Bendung Gumbasa, dapat pula dimanfaatkan airnya bagi pembangkitan tenaga listrik skala mini dengan memanfaatkan jaringan irigasi yang sudah ada. Dengan menggunakan jenis turbin pembangkit untuk head yang rendah, potensi aliran irigasi Gumbasa berpotensi untuk dimanfaatkan bagi pembangkitan tenaga listrik untuk daerah-daerah disekitarnya.
Babarapa lokasi lainnya yang juga berpotensi adalah sungai-sungai yang menghasilkan terjunan 20 – 40 m yang terletak di sisi barat DAS Palu, tepatnya di desa Kaleke, Wera dan sekitarnya. Beberapa investor sebenarnya tertarik untuk melakukan investasi dan telah melakukan studi kelayakan untuk Sungai Rawa dan Sungai Gumbasa. Studi kelayakan telah dilakukan dan pihak investor bahkan telah sampai pada tahapan exspose kepada pihak-pihak yang berkepentingan seperti Pemerintah Daerah Kabupaten Sigi Biromaru dan Kota Palu, LSM, perguruan tinggi dan dinas-dinas terkait lainnya.  
(sumber : http://sultengexploride.blogspot.com)

Selasa, 07 Mei 2013

RAJA PERTAMA KULAWI


Pada zaman dahulu kala ada seorang raja yang bertahta di Desa Tavebia, daerah Kulawi, Sulawesi Tengah, bernama Datuelo. Suatu hari Datuelo ingin membangun sebuah baruga (rumah adat). Untuk itulah ia mengadakan suatu pertemuan dengan para penasihatnya. Dalam pertemuan tersebut diputuskan bahwa di Desa Tavebia akan didirikan sebuah baruga yang diberi nama Ntamalilo.
Setelah baruga itu selesai dibangun raja menginginkan untuk membuat sebuah pesta besar yang tidak hanya dihadiri oleh seluruh rakyatnya yang ada di Tavebia saja, melainkan juga orang-orang yang berasal dari tempat yang jauh, seperti Tobaku, Banggaiba, Ntipe, Sivongi dan Tovulu. Agar orang-orang yang berada di luar Tavebia datang dan mengikuti pesta, maka Datuelo beserta para pengawalnya pergi ke berbagai daerah untuk menyampaikan undangan.
Setelah para undangan datang, mulailah diadakan suatu upacara khusus sebagai tanda peresmian baruga. Selanjutnya mereka dipersilakan untuk menikmati berbagai macam hidangan lezat yang telah dipersiapkan sebelumnya. Saat para hadirin sedang berpesta, Raja Datuelo lalu memanjat baruga yang baru tersebut hingga sampai ke bubungannya untuk menggantungkan telinga kerbau. setelah telinga kerbau sudah terpasang ia pun turun kembali dan duduk dekat Raja Tobaku yang bernama Logia.
Kepada Logia, Datuelo lalu berkata, “Kalau engkau sanggup memanjat dan sekaligus memotong telinga kerbau yang baru saja aku gantung engkau pasti dapat mengalahkanku. Namun apabila engkau tidak mampu mengambilnya, engkau pasti aku kalahkan.”
Mendengar kata-kata tantangan dari Raja Datuelo, tanpa berpikir panjang lagi Raja Logia langsung melompat dari tempat duduknya sambil berkata, “Aku adalah seorang raja yang terkenal gagah dan berani. Aku tentu saja dapat dengan mudah melakukan apa yang engkau katakan itu.”
Lalu ia naik ke baruga untuk memutuskan ikatan telinga kerbau. Sesampainya di bubungan ia lalu meraih telinga kerbau yang digantung itu. Namun sayang, ketika telah berhasil mengambil telinga kerbau, tiba-tiba kakinya terpeleset dan ia pun langsung terjatuh. Dan, ketika sampai di bawah tubuhnya langsung ditikam dengan keris oleh Datuelo sehingga tewas seketika.
Seluruh hadirin yang menyaksikan kejadian itu merasa heran melihat tindakan Datuelo yang dirasa kurang pantas dan memalukan. Ada yang merasa sedih, iba, pilu, dan ada pula yang merasa terpukul hatinya disertai perasaan dendam. Mereka yang berasal dari Tobaku dengan perasaan sedih dan dendam segera mengangkat mayat rajanya untuk dibawa pulang ke Tobaku.
Sesampai di Tobaku jazad Logia segera dikuburkan melalui suatu upacara adat kematian. Kemudian para lelaki di daerah Tobaku berkumpul di baruga desa itu untuk membicarakan sebab-musabab kematian rajanya yang dianggap tidak wajar akibat dikhianati oleh Datuelo. Dan, dalam pertemuan itu akhirnya mereka bersepakat menyerang Tavebia untuk membalas dendam atas kematian raja mereka. Setelah itu tujuh orang diantara mereka diutus untuk menyampaikan berita kepada Raja Datuelo bahwa pasukan Tobaku akan melakukan peperangan terhadap Tavebia satu bulan mendatang.
Singkat cerita, setelah hari yang ditentukan tiba Pasukan Tobaku segera menyerang Tavebia. Terjadilah pertempuran yang sangat sengit diantara kedua pasukan tersebut. Namun karena jumlah pasukan Tobaku kalah banyak, maka mereka akhirnya terpaksa mundur dengan hanya menyisakan 30 orang saja.
Merasa pasukannya menang Datuelo segera berteriak kepada pasukan Tobaku yang berhasil dipukul mundur, “Kalau kalian belum puas, silahkan datang lagi. Kami siap menunggu serangan berikutnya! Moma mupakule mompaeva tavua bola bo tavua lei (kamu tidak akan mampu melawan lebah putih dan lebah merah)”
Keesokan harinya pasukan Tobaku datang lagi menyerang. Kali ini mereka dibantu oleh orang-orang dari daerah Ntipe, Banggaiba, Tovulu dan Sivongi sehingga jumlahnya lebih banyak dari pasukan Tavebia. Pertempuran pun terjadi lagi dengan membawa korban jiwa yang semakin banyak. Darah pun mengalir di sepanjang kaki Gunung Tiva. Dan, dalam pertempuran tersebut Raja Datuelo akhirnya tewas bersama sebagian besar penduduk Tavebia lainnya. Untunglah isterinya yang sedang hamil tua dapat meloloskan diri dengan menyusuri Sungai Oo hingga sampai di hutan sekitar daerah Hoho. Di sana ia bersembunyi di sebuah goa selama beberapa minggu hingga melahirkan seorang bayi laki-laki yang sehat.
Pada suatu ketika ada seorang pemburu asal Hoho yang sedang berburu di sekitar goa tempat isteri Datuelo bersembunyi. Di tempat itu ia mendengar suara tangis seorang bayi. Karena penasaran, ia kemudian secara perlahan-lahan memasuki goa itu untuk melihat bayi siapa yang sedang menangis tersebut. Sesampai di dalam gua ia menyaksikan seorang ibu yang sedang menyusui bayinya. Sang pemburu lalu bertanya, “Siapakau engkau dan dari mana asalmu?”
Si ibu yang sedang menyusui itu pun terkejut. Ia tidak menyangka kalau tempat persembunyiannya telah diketahui orang. Akhirnya ia pun menjawab, “Saya adalah isteri Raja Datuelo yang tewas ketika berperang melawan pasukan Tobaku. Untunglah saya sempat meloloskan diri dan bersembunyi di sini hingga melahirkan anakku ini.”
Karena merasa iba melihat kondisi si ibu beserta bayinya, sang pemburu lalu menawarkan untuk tinggal di rumahnya, “Gendonglah anakmu itu dan ikutlah kerumahku.”
Singkat cerita, ibu dan bayinya yang diberi nama Sesoki kemudian tinggal di rumah si pemburu. Beberapa tahun kemudian Sesoki tumbuh menjadi seorang anak yang gagah dan berani. Ia sering pergi berburu bersama ayah angkatnya hingga ke daerah-daerah yang berada di sebelah utara Tavebia, seperti Gunung Vongu, Kulawi dan Lindu.
Suatu hari, saat sedang berburu di sekitar Gunuk Pekalotia ia bertemu dengan pemburu lain bernama Nculelindu. Dan, dari pertemuan tersebut akhirnya mereka menjalin suatu persahabatan yang ditandai dengan saling menukar buah pinang. Mereka pun kemudian sering berburu bersama di hutan-hutan sekita Hoho dan Lindu.
Suatu ketika, saat sedang berburu di daerah sekitar Gunung Tamuku mereka dihadapkan pada cuaca yang sangat buruk. Guntur dan kilat saling menyambar tiada henti-hentinya dan angin bertiup sangat kencang yang dibarengi pula dengan hujan lebat sehingga keadaan sekeliling menjadi gelap. Dalam suasana seperti itu mereka memutuskan untuk pulang dan tidak jadi berburu. Namun ketika tengah mengemasi alat-alat berburunya, tiba-tiba Sesoki dan Nculelindu mendengar sebuah suara yang seakan-akan memanggil mereka, “Hei, tunggu dulu. Bolehkan aku ikut kalian?”
“Perlihatkanlah dirimu,” kata Sesoki penasaran.
“Kalau aku perlihatkan diriku, janganlah sampai ada anjing-anjingmu yang menggonggong. Kalau mereka menggonggong, aku seketika akan berubah bentuk,” kata suara itu.
“Baiklah,” kata Sesoki dan Nculelindu berbarengan sambil memegang anjing mereka masing-masing.
Setelah mendapat jaminan dari Sesoki dan Nculelindu, secara perlahan-lahan ada sesosok tubuh yang keluar dari batang pohon pinang. Ternyata ia adalah seorang perempuan yang sangat cantik. Perempuan itu lalu berkata, “Di mana tempat tinggal kalian?”
“Saya Sesoki dan tinggal di Desa Hoho, sedangkan teman saya bernama Nculelindu berasal dari Desa Levunto,” jawab Sesoki.
Oleh karena Nculelindu lebih tua dari sesoki maka si perempuan yang bernama Halilienu itu memilih untuk ikut bersama Nculelindu. Dan beberapa minggu setelah itu mereka pun melangsungkan perkawinan. Saat Sesoki datang ke pesta perkawinan, Nculelindu menjanjikan kepadanya apabila nanti ia mempunyai anak perempuan, maka anaknya itu akan ia kawinkan dengan Sesoki. Hal ini ia lakukan sebagai rasa terima kasih kepada Sesoki karena tidak berkeberatan ketika ia membawa Halilienu ke rumahnya.

Beberapa bulan kemudian Halilienu pun hamil dan akhirnya melahirkan seorang bayi perempuan yang diberinya nama Cindivongi. Ketika anak ini lahir, Halilienu berkata pada suaminya, “Kalau anak kita buang air besar, maka engkaulah yang harus membasuh pantatnya. Pantang bagiku untuk melakukan hal itu. Dan, apabila aku sampai melakukannya, maka akan terjadi sesuatu pada diriku.”
“Tak usah khawatir, aku akan melaksanakan apa yang telah engkau katakan itu,” jawab suaminya.
Namun janji Nculelindu itu ternyata ternyata tidak dapat ia tepati. Hal ini terjadi ketika ia sedang berburu bersama Sesoki Gunung Tamuku. Waktu itu anaknya buang air besar, sehingga mau tidak mau isterinya harus membersihkannya sendiri. Dan, setelah itu Halilienu tiba-tiba menghilang dan tidak pernah kembali lagi.
Akhirnya, sejak saat itu Nculelindu pun harus merawat Cindivongi seorang diri hingga dewasa. Dan, setelah Cindivongi dewasa ia dikawinkan dengan Sesoki. Dari perkawinan ini lahirlah seorang anak yang diberi nama Taura yang setelah dewasa diangkat menjadi Raja Kulawi yang pertama.

Sumber:
Diadaptasi bebas dari
Proyek Penerbitan dan Pencatatan Kebudayaan Daerah. 1981. Cerita Rakyat Sulawesi Tengah. Jakarta: Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Kamis, 02 Mei 2013

4 HAL DARI PELAJARAN PPKn YANG SUDAH DILUPAKAN ORANG


Masih inget pelajaran PPKn dong? Kayaknya semua yang sekolah di Indonesia pasti pernah dapet pelajaran yang satu ini. Namanya ganti-ganti sih, pernah PMP, terus jadi PPKn, terus sempet berubah lagi jadi PKn, terus gak tau sekarang namanya apa. Masih ada gak sih? Nah, jadi ceritanya PPKn ini adalah pelajaran yang mau mengajarkan kita bagaimana menjadi warga negara yang baik. Bagus kan maksudnya. Sayangnya, kayaknya sekarang inti dari pelajaran ini sendiri udah dilupakan. Berikut adalah 4 hal dari pelajaran PPKn yang sudah dilupakan orang:

Tenggang Rasa

Tenggang rasa berarti dapat ikut menghargai perasaan orang lain. Artinya kamu mikirin perasaan orang lain dan gak berbuat seenaknya.
Contoh di Pelajaran PPKn: Contoh yang paling gampang adalah tidak menyetel musik keras-keras di malam hari karena akan mengganggu tetangga.
Kenyataannya Sekarang: Makin banyak yang ngadain acara di jalan sampe nutup-nutup jalan dan tentunya tidak peduli dengan kenyamanan orang-orang di sekitarnya. Tidak jarang acaranya baru besok tapi nutup jalannya udah dari malam sebelumnya.

Toleransi

Toleransi adalah sebuah sikap toleran atau dengan kata lain saling menghormati satu sama lain.
Contoh di Pelajaran PPKn: Membiarkan teman yang beragama lain untuk beribadah.
Kenyataanya Sekarang: Membiarkan teman beragama lain beribadah? Hahahaha.

Musyawarah Untuk Mufakat

Musyawarah untuk mufakat berarti sebuah keputusan diambil dengan cara bermusyawarah dengan tujuan agar mendapatkan hasil yang terbaik bagi semua orang.
Contoh di Pelajaran PPKn: Membicarakan pembangunan balai desa bersama-sama, dengan tujuan agar balai desa ini bisa disetujui dan digunakan oleh seluruh masyarakat.
Kenyataannya Sekarang: Seperti yang Marzuki Alie bilang, rakyat mah gak usah diajak ngomong soal bangun-bangun gedung.

Mendahulukan Kepentingan Umum

Sudah cukup jelas yah dari namanya. Ini berarti kamu harus mendahulukan kepentingan umum dibandingkan kepentingan pribadi.
Contoh di Pelajaran PPKn: Kalo mau ada pelebaran jalan, kamu harus merelakan lahan rumah kamu untuk digusur, demi kepentingan umum! Ya ampun warga negara yang baik banget!!
Kenyataannya Sekarang: Sekarang mah lebih penting renovasi WC 2 milyar, parkir 3 milyar, dan ruang rapat 20 milyar sih dibanding bangun alat transportasi yang memadai, betulin jalan, atau apalah yang bisa bikin masyarakat seneng.
Kalo begini sih namanya rugi udah sekolah lama-lama. Balik lagi ke sekolah gih.
http://terselubung.blogspot.com/2013/04/4-hal-dari-pelajaran-ppkn-yang-sudah.html

Jumat, 19 April 2013

Wow... Ada Dokter yang dapat menghidupkan orang mati....



Di antara berbagai spesialisasi yang ada di dunia kedokteran, mungkin spesialisasi ini yang paling menyelamatkan nyawa sekaligus paling horor, yaitu resurrection atau membangkitkan orang mati. Ada seorang dokter asal Inggris yang mengkhususkan diri dalam spesialisasi ini.

Sam Parnia MD adalah nama dokter tersebut. Resurrection atau kebangkitan yang dimaksud sebenarnya adalah menggunakan berbagai teknik resusitasi untuk berupaya keras menyelamatkan nyawa pasien yang dinyatakan meninggal. Kabarnya dokter ini bisa meresutitasi pasien yang sudah meninggal selama beberapa jam.

Parnia adalah kepala perawatan intensif di Stony Brook University Hospital, New York. Pasien yang mengalami serangan jantung di rumah sakit tempat Parnia bekerja memiliki 33% kesempatan untuk diselamatkan. Padahal rata-rata rumah sakit di AS hanya memiliki kemungkinan mentok pada 16% atau kurang.

Dengan metode yang menurutnya cukup sederhana, Parnia yakin bisa mengembalikan proses vital dan menyelamatkan 40.000 orang pasien di AS dan mungkin 10.000 orang di Inggris. Maka tidak mengherankan jika Parnia yang belajar di Inggris ini lalu pindah ke Amerika Serikat pada tahun 2005.

"Serangan jantung cukup mudah dikelola. Jika Anda dapat mengatur proses kematian dengan benar, maka Anda masuk, mengambil bekuan, menempatkan stent, jantung akan berfungsi. Hal yang sama bekerja untuk infeksi, pneumonia atau apa pun. Orang yang tidak merespon antibiotik selama beberapa waktu, kita bisa menjaganya beberapa saat sampai merespon," terang Parnia seperti dilansir The Guardian.

Keyakinan Parnia didukung oleh pengalamannya selama 20 tahun menangani unit perawatan intensif. Ia mendapat pelatihan di London ketika telah terjadi banyak kemajuan dalam teknik resusitasi. Misalnya pendinginan mayat untuk memperlambat kerusakan saraf dan pemeliharaan kadar oksigen ke otak.

Parnia menerangkan bahwa kebanyakan dokter akan melakukan CPR selama 20 menit lalu berhenti. Keputusan untuk menghentikan prosedur tersebut sepenuhnya merupakan kewenangan dokter dan didasarkan naluri bahwa setelah mengalami kerusakan otak, dokter tak ingin melihat pasiennya hidup dengan kondisi lumpuh.

"Tetapi jika Anda memahami semua hal yang ada di dalam otak pada menit-menit tersebut, maka Anda dapat meminimalkan risiko. Ada banyak penelitian yang menunjukkan bahwa jika Anda menerapkan semua langkah resusitasi bersama-sama, Anda tidak hanya mendapat 2 kali lipat tingkat kelangsungan hidup, tetapi orang-orang tersebut tidak mengalami kerusakan otak," jelasnya.

Untuk meresusitasi dengan baik, Parnia mengakui bahwa penggunaan mesin jauh lebih baik daripada CPR yang dilakukan dokter. Langkah berikutnya adalah meningkatkan perawatan, yaitu dengan mendinginkan tubuh untuk menjaga sel-sel otak yang saat itu dalam proses apoptosis atau bunuh diri.

Pada saat yang sama, perlu menjaga tingkat oksigen dalam darah. Praktek seperti ini sudah menjadi standar ruang gawat darurat di Jepang. Menggunakan teknik yang disebut ECMO, darah pasien yang dinyatakan meninggal akan disedot keluar dari tubuh lalu dimasukkan melalui membran oxygenator dan dipompa lagi.

Metode ini dapat memberikan waktu yang dibutuhkan untuk memperbaiki masalah mendasar yang menyebabkan kematian pasien. Jika tingkat oksigen ke otak turun hingga di bawah 45% dari normal, jantung tidak akan bisa berdetak lagi. Maka Parnia berupaya agar hal tersebut tidak terjadi.

Dengan cara ini, Parnia dapat memperpanjang proses kematian. Pasien yang terlama pernah ia tangani, dalam artian paling lama setelah dinyatakan meninggal oleh dokter, adalah seorang seorang gadis Jepang yang dinyatakan mati selama lebih dari 3 jam. Gadis tersebut berhasil dibangkitkan setelah 6 jam dan bisa hidup normal, bahkan kabarnya kini sudah memiliki bayi.

Sumber : The Guardian (detik.com)

Minggu, 07 April 2013

WOW... Kees Van Der Spek Diburu Polisi!!

Kees van Der Spek diburu kepolisian! Demikian tersiar berita dari media massa. Pasal yang disangkakan kepada bule Belanda ini adalah menyuap aparat polisi di Bali, sebagaimana heboh videonya di Youtube. Arah demikian sempat menghangat pada awal-awal video ini menghebohkan publik.
Hal ini barangkali tak terlepas dari pernyataan Kapolda Bali Irjen Pol Arif Wachyunadi di televisi. Sang Kapolda menyatakan, intinya, penyuap dan penerima suap akan diusut. Pernyataan ini mengacu pada pemberian uang Rp200 ribu oleh Kees pada oknum polisi di Bali tersebut. Baru belakangan ini saja tak terdengar lagi pernyataan pihak kepolisian RI akan mencari Kees.
Apakah mungkin masyarakat mau sukarela memberi uang kepada aparat negara? Terutama dalam kasus seperti dialami Kees, jika tak diminta oleh aparat, atau aparatnya langsung jatuhkan tilang tanpa membuka celah transaksi.
Berangkat dari contoh kasus begini barangkali sudah waktunya pasal penyuapan dikaji kembali. Kapan perlu direvisi atau didelete. Selanjutnya yang ada hanya pasal pemerasan. Dalam kasus Kees, misalnya, pasal yang tepat adalah pemerasan.
Dengan menyisakan pasal pemerasan maka selanjutnya hanya aparat negara yang dihukum terkait transaksi pemberian uang dalam jabatan oleh warga atau siapapun. Mengapa logika ini dipakai adalah karena pengambil keputusan terkait jabatan adalah aparat ybs. Kuncinya di aparat.
Tidak akan ada transaksi suap jika aparat negara menolak segala pemberian warga. Karena itu, diputus sedemikian rupa rantai penyimpangan dari aparatnya. Tidak memberikan beban secara sama dalam delik penyuapan, dimana pemberi dan penerima suap sama-sama dihukum, seperti saat ini.
Dengan demikian titik fokus aturan hukum terkait tindak pidana dalam jabatan dibebankan sepenuhnya pada pejabat atau aparatus itu sendiri. Tidak menyebar pada warga seperti saat ini. (YM)