Lobo merupakan salah satu bangunan adat Sulawesi Tengah. Bangunan Lobo ini terdapat di Kecamatan Kulawi,
Kabupaten Sigi. Saat ini Lobo masih tetap difungsikan di beberapa desa.
Desa-desa tersebut antara lain di desa Toro, desa Namo, desa Tuva, dan
desa Boladangko. Adapun Tipologi dari masing-masing lobo yang ada pada beberapa desa tersebut sedikit berbeda.
Dalam tulisan ini, hanya akan di
paparkan tipologi bangunan Lobo yang terdapat di desa Toro, Kecamatan
Kulawi, Propinsi Sulawesi Tengah. Lobo di desa Toro ini adalah salah satu Lobo tertua yang masih ada hingga saat ini.
Telah dijelaskan berbagai hal mengenai Lobo pada tulisan sebelumnya di Liputan Arsitektur Bangunan Adat Lobo. Sekarang akan dibahas mengenai Tipologi Bangunan Lobo.
Tipologi Bangunan Lobo
TANGGA LOBO
![]() |
• Jumlah tangga satu buah
• Jumlah anak tangga lima buah
• Tangga dari batang kayu bulat yang dipahat
• Pada bagian atas mengecil
• Posisi tangga di tengah bagian depan
Catatan :
Lobo yang dibangun sebelumnya (pada tahun 1908) memiliki dua buah tangga yang menurut kepercayaan masyarakat setempat
salah satunya difungsikan sebagai jalan masuk mahluk halus.
Berbeda halnya dengan lobo yang didirikan pada tahun 1991
tinggal terdapat satu buah tangga, disebabkan masuknya pengaruh agama.
ATAP LOBO
![]() |
![]() |
• Menggunakan atap sirap yang terbuat dari bahan kayu yang dibelah kecil
• Bahan atap terbuat dari kayu (alipa’a)
• Bagian yang dilapisi ijuk hanya pada bagian – bagian pinggir atap (panapiri)
LANTAI LOBO
![]() |
![]() |
Lantai Bawah (Daula)
• Pada lantai bawah menggunakan material papan
• Tidak menggunakan paku, hanya menggunakan balok untuk menjepit papan
• Ditengah perkembangannya lantai lobo akhirnya menggunakan paku
• Lebar papan yang digunakan 25 cm
• Luas lantai 660 x 520 cm
Lantai Atas (Tuha Kanavaria)
• Material yang digunakan terbuat dari kulit kayu pohon nibun
• Pengikatnya menggunakan rotan
• Lebar tuha kanavaria 140 cm
DINDING LOBO
![]() |
![]() |
Dinding Bawah
• Material yang digunakan berupa kayu bulat yang disusun sebanyak dua buah
• Sebagai pengikatnya menggunakan rotan
• Tinggi dinding bawah 50 cm
• Panjang dinding kiri depan 210 cm
• Panjang dinding samping kiri dan kanan 530 cm
• Panjang dinding belakang 840 cm
Dinding Atas
• Material yang digunakan adalah papan yang dibilah – bilah
• Sebagai pengikatnya juga menggunakan rotan
• Tinggi dinding atas 50 cm
• Panjang dinding kiri depan 380 cm
• Panjang samping kri dan kanan 765 cm
• Panjang dinding belakang 110 cm
• Sebagai penutup dinding atas terdapat kayu bulat yang berfungsi sebagai
• penahan tangan orang yang duduk dan dinamakan “rindinukeke”
ORNAMEN LOBO
Pada desa Toro, ornamen hanya terdapat
pada tiang tengah bangunan sebagai simbol bahwa jika ada yang melakukan
pelanggaran dan harus menerima hukuman,
dapat diganti dengan cara membayar denda seekor kerbau.
TIANG LOBO
![]() | ![]() |
• Bentuk tiang secara keseluruhan yaitu lingkaran.
• Terdapat perbedaan dimensi antara tiang tengah dan tiang pinggir/tepi.
• Struktur tiang tidak menerus ke tanah hanya sampai pada lantai,
• Tiang berdiri di atas pondasi yang disusun berupa kayu secara bersilangan
• Struktur tiang pada terdiri dari balok jepit yang diikat dengan rotan.
• Dimensi tiang tengah yaitu berdiameter ± 20 cm.
• Dimensi tiang pinggir ± 15 cm.
• Tinggi tiang 3 m dari lantai dan balok jepit.
Tampak sambungan tiang dan balok dalam
struktur atap yang terdapat pada bagian tepi, dengan menggunakan rotan
yang berlapis-lapis sebagai pengikatnya.
Sekian tulisan mengenai Tipologi Arsitektur Lobo. Semoga Dapat Bermanfaat.
http://kakarmand.blogspot.com
http://kakarmand.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar